Movie Review : Toshokan Sensou (Library Wars)

1 komentar
Seperti janji di posting awal blog ini, saya akan menyajikan sebuah movie review dari novel yang sangat saya suka di awal tahun 2014 ini, Toshokan Sensou. Karena tugas Baur Sedalu Komunikasi (BSK) dari Peeping Club (klub nontonnya Komunikasi) adalah membuat movie review, saya sengaja menulis tentang Toshokan Sensou (biar utangnya cepat lunas gitu :p). Sekedar info, Desember 2014 ini, pemain live action movie nya bakal syuting sekuelnya untuk tayang pada Oktober 2015. Sambil nunggu, silahkan dibaca reviewnya agar mengenal Toshokan Sensou dan kenapa wajib nonton. Check it out :)


Novel Author         : Arikawa Hiro
Director                 :  Sato Shinsuke
Production House  : TBS Pictures
Cast                       : Eikura Nana (Kasahara Iku), Dojo Atsushi (Okada Junichi), sisanya lihat di review
Year                      : 2013

Review Film : Toshokan Sensou (Library Wars)
Film yang saya pilih untuk direview adalah Toshokan Sensou (Library Wars) yang disutradarai oleh Sato Shinsuke dan diproduksi oleh TBS Pictures, sebuah film yang menceritakan tentang kebebasan perpustakaan sebagai pusat informasi dan sensor yang melanda media Jepang, berdasarkan dari novel berseri Toshokan Sensou yang ditulis oleh Arikawa Hiro sebanyak 4 jilid utama dan 2 jilid tambahan . Alkisah, kebebasan berekspresi di Jepang khususnya dalam membaca dan mendapatkan informasi dibatasi dan terdapat dua kelompok yang menunjukkan pendapatnya mengenai hal tersebut dengan latar tahun Seika 31 (2019).
Kelompok yang mendukung gerakan ini disebut Media Betterment Committee, mereka rajin merazia toko buku yang menjual materi media terlarang dan menghentikan sirkulasi informasi yang terlarang. Sedangkan kelompok yang menolak adalah Library Defense Force, sebuah angkatan bersenjata yang tidak hanya menjaga perpustakaan, juga menjaga sirkulasi informasi terbuka untuk masyarakat dengan bebas.
Latar belakang film ini menceritakan tentang seorang wanita muda bernama Kasahara Iku (Eikura Nana)  yang menjadi wanita pertama di Jepang yang masuk dalam satuan elit Library Defense Force, Task Force. Saat Kasahara menjadi siswa SMA, ia mengalami pengalaman dirazia di toko buku yang ditutp karena menjual konten media yang dilarang oleh Media Betterment Committee. Berdasarkan pengalamannya itu, ia memutuskan menjadi anggota Library Defense Force di wilayah regional Kantou (pusatnya di Tokyo). Tetapi ia yang terkenal polos dan ceroboh berusaha memahami esensi menjadi bagian Task Force dan bersaing dengan Tedzuka Hikaru (Fukushi Sota), mengikuti arahan instruktur sekaligus atasannya yaitu Dojo Atsushi (Okada Junichi) dan Komaki Mikihisa (Tanaka Kei) serta Genda Ryuusuke (Hashimoto Jun) dan menikmati kehidupan sehari-harinya di asrama dengan teman sekamarnya, Shibasaki Asako (Kuriyama Chiaki).
Pesan utama dari film ini adalah terus mengejar impian dan mendengarkan orang lain. Hal ini ditunjukkan saat Kasahara mencoba membuktikan bahwa ia sangat layak menjadi bagian dari Task Force dan berusaha menerapkan Library Freedom Act, sebuah undang-undang kebebasan perpustakaan untuk menjaga sirkulasi informasi dan kebebasan berekspresi. Selain itu, adegan peretempuran antara Media Betterment Committee dan Library Defense Force menunjukkan semangat kedua belah pihak untuk Jepang yang lebih baik dengan cara berbeda.
Hal-hal unik di dalam film ini adalah, yang pertama yaitu Kasahara digambarkan lebih tinggi 5 cm dari atasannya, Dojo, dimana hal itu jarang terjadi dalam kisah cinta kebanyakan terutama dalam industry film Jepang. Kedua, tema film ini secara garis besar menunjukkan kondisi terkini dari fenomena yang terjadi saat ini dimana kebebasan berekspresi yang kebablasan mengakibatkan pro kontra di kalangan masyarakat. Ketiga, pemilihan tokoh utamanya baik Kasahara dan Dojo bukanlah dari kalangan aktor maupun aktris yang memiliki jam terbang lama. Eikura yang memerankan Kasahara adalah seorang model sedangkan Okada yang memerankan Dojo merupakan anggota termuda dari sebuah boy group bernama V6. Akting keduanya menunjukkan bahwa keduanya tidak sekedar aji mumpung untuk bermain di sebuah film dan menunjukkan kualitas akting melebihi karakter versi novel,manga, maupun animenya.
Secara keseluruhan, film ini tak sekedar mengajarkan pentingnya kerja keras dan mendengarkan orang lain. Tetapi juga mengajarkan pentingnya buku dan perpustakaan demi peradaban suatu negara. Sebuah pesan yang unik dan menyadarkan kita fungsi buku sebagai jendela dunia dan perpustakaan sebagai tempat yang tak sekedar meminjam dan mengembalikan buku, tetapi juga sebagai pusat dari penyebaran informasi dan kebebasan berekspresi yang bertanggungjawab.



1 komentar

  1. Assalamualaikum, sebelumnya perkenalkan saya Miftakhul Jannah Fajriyah mahasiswi dari jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga saat ini sedang melakukan penelitian terkait library movie. Terima kasih untuk sinopsis yang sudah ditulis melalui blog ini, karena ini sangat membantu saya dalam pencarian data. Namun, ada beberapa informasi yang saya butuhkan, untuk itu jika berkenan apakah saya dapat menghubungi anda secara pribadi? Atas kesediaan dan perhatiannya, saya ucapkan terimakasih :)
    Wassalam,
    Mifta

    BalasHapus