Halo, temannya Hanna...
Setelah 1 tahun 4 bulan hiatus di dunia blog, kali ini Hanna akan menulis tentang sebuah pengalaman yang tidak pernah disangka-sangka Hanna di akhir usia 20an. Mengaji adalah salah satu wishlist yang sering ditunda-tunda Hanna.
Alasannya? Jujur sempat trauma kelas Al-Qur'an di SMA. Pada tahun 2009, Hanna masuk ke sekolah Islam terpadu dimana ada dua mata pelajaran yang berkaitan dengan mengaji, mata pelajaran Al-Qur'an dan Bahasa Arab Terjemah Al-Qur'an.
Dengan latar belakang sering pindah antar pulau dan mengulangi lagi dari awal jilid satu, Hanna mengakui kalau belajar mengaji adalah salah satu hal terberat yang dilalui Hanna selama sekolah antara 2009-2012. Hanna pernah mengalami sebuah episode dimana selama 1 tahun tidak kunjung naik jilid, sedangkan teman Hanna yang satu level sudah pindah ke level yang lain. Pengalaman paling tidak enaknya adalah akhirnya menangis karena tidak kunjung paham dengan apa yang dipelajari. Alhasil selama di sekolah, Hanna cuman sampai buku jilid Ghorib saja. T_T
Pasca lulus SMA, Hanna sempat mengalami ketakutan dengan mata kuliah Agama Islam, Sebuah plot twist adalah ketika Hanna dikirim bersama dua orang mahasiswi lainnya untuk ikut cerdas cermat Al-Qur'an di MTQ Universitas Negeri Surabaya. Kejadian ini terjadi ketika ketua departemen mengetahui Hanna lulusan sekolah Islam terpadu yang aslinya basic agamanya belum sebagus teman lain satu angkatan. Hanna juga sempat ikut belajar Bahasa Arab Terjemah dengan para ibu-ibu kompleks, hasil paksaan ibunya Hanna. Tapi karena terlalu sering tertidur di kelas, Hanna menyerah. 😂
Flash forward di tahun 2023, Hanna akhirnya memutuskan untuk belajar mengaji lagi karena bosan dengan bacaan mengaji 3 Qul. Proses mencari tempat belajar mengaji memerlukan ketelitian dan membandingkan kualitas antara satu tempat belajar dengan yang lain. Berikut adalah tips yang bisa Hanna berikan ketika mencari tempat belajar mengaji.
Mengetahui Gaya Belajar
Sebagai manusia pembelajar, kita mengalami berbagai pembelajaran dalam hidup. Mengetahui gaya belajar saat mengaji sangat membantu dalam proses memilih tempat mengaji. Bagi Hanna, gaya belajar Hanna yang harus membaca berkali-kali dan melafalkan huruf berulang dengan bantuan gerakan jari menjadikan Hanna pemilik gaya belajar kinestetik.
Memilih Metode Belajar Mengaji yang Tepat
Di Indonesia, terdapat berbagai lembaga pendidikan Al-Qur;an yang membuat formulasi metode belajar mengaji sesuai dengan kebutuhan orang Indonesia. Untuk generasi 90-an, metode belajar Iqro' dari jilid 1-6 cukup populer sebagai metode belajar mengaji. Saat SMA, Hanna terbiasa dengan metode belajar Ummi yang terdiri dari 3 jilid dasar, jilid Tajwid, dan jilid Ghorib. Pengalaman Hanna belajar dengan Iqro' dan belajar dengan Ummi, Hanna merasakan perbedaan yang begitu signifikan. Hal ini membuat Hanna memakai metode Ummi karena sudah terbiasa di usia remaja.
Membandingkan Fasilitas Tempat Belajar Mengaji
Pasca pandemi, tempat belajar mengaji banyak tersedia dalam bentuk daring dan luring. Hal ini menguntungkan karena belajar mengaji bisa darimana saja selama ada koneksi internet dan memakai buku jilid atau Al=Qur'an. Selain itu, kita yang merasa masih pemula bisa memilih kelas yang berisi guru ikhwan atau akhwat saja. Hanna memilih belajar secara daring di Rumah Tahsin Al Fatih yang semua guru dan muridnya perempuan. Kenyamanan belajar dengan guru dan muridnya perempuan adalah kita bisa belajar adab belajar Al-Qur'an dengan nyaman dan menghindari ikhtilat yang tidak perlu.
Mencoba Placement Test
Placement Test adalah tes yang menilai kemampuan dasar setiap orang dalam sebuah ilmu. Semakin tinggi nilai placement test akan ditempatkan di kelas-kelas yang lebih advanced. Semakin rendah nila placement test akan di tempatkan di kelas-kelas dasar. Tidak perlu malu dengan kemampuan dasar yang masih pas-pasan karena kemampuan dasar itu masih dapat diperbaiki selama belajar dengan sungguh-sungguh di kelas.
Evaluasi Kebutuhan Belajar Mengaji
Belajar mengaji untuk apa sih? Ini pertanyaan yang tersirat saat awal-awal mencari tempat belajar mengaji. Bagi Hanna, Hanna ingin mengingat kembali bacaan Juz 30 yang semakin terlupakan di usia Hanna yang 1,5 bulan lagi 30 tahun. Menghafal dan membaca surat Al-Qur'an merupakan dua hal yang berkesinambungan. Untuk menghafal, diperlukan kemampuan membaca dengan benar. Dengan mengetahui kebutuhan Hanna mengapa belajar mengaji, Hanna memastikan untuk memperhatikan cara membaca dan mulai menghafal Al-Qur'an kembali dengan memperhatikan tajwidnya.
Belajar Menghadapi Tantangan dan Mencari Solusi
Tantangan belajar mengaji di usia hampir 30an adalah mengetahui kemampuan membaca dan menghafal menurun seiringnya usia apabila tidak pernah dipakai untuk belajar. Waktu sebagai seorang dewasa sudah terbagi antara pekerjaan, keluarga, dan hobi. Hal ini berdampak pada motivasi untuk menyelesaikan pembelajaran terutama mengaji. Selain mengandalkan kelas mengaji daring, Hanna meluangkan 20 menit untuk belajar mengaji sebelum tidur dan membiasakan diri belajar di tempat yang nyaman dan kondusif agar terbiasa tertib dalam mengaji. Selain itu, Hanna mementingkan solusi bagaimana menyelesaikan tugas mengaji yang sulit dengan mempelajarinya beberapa kali, walau kadang upaya tersebut gagal jika dites mendadak.
Semoga tips dan trik yang Hanna bisa berikan untuk memulai mengaji untuk orang dewasa. Tidak ada kata terlambat dalam belajar, terutama belajar mengaji. Jangan lupa untuk menabung kebaikan, tidak hanya mengejar dunia, agar investasi untuk mengejar akhirat juga ada. Bagi temannya Hanna yang mau bertanya dan berbagi cara belajar mengaji untuk melengkapi cerita Hanna, Hanna tunggu di kolom komentar ya. Terimakasih atas perhatiannya 😊
Tidak ada komentar